Waktu di sekolah dulu, kamu punya guru favorit ga?
Kalau
guru favorit versi aku, beliau adalah guru yang punya wawasan luas dan bisa
memotivasi muridnya. Aku suka ketika ada guru yang siap melayani pertanyaan nyeleneh
ku dan teman-teman. Ternyata itu memang salah satu cara kita membangun
sifat berpikir kritis. Namun, tidak banyak yang seperti itu. Kedua, guru yang
bisa memberi motivasi kehidupan. Aku lebih suka guru yang memberikan alasan berdasarkan
realita masa depan kenapa aku harus belajar, dari pada motivasi belajar biar
dapat nilai bagus untuk ujian. Memangnya sedangkal itu?
Aku
akui dulu sebagai murid termasuk pemilih terhadap guru. Bukan dalam arti
membanding-bandingkan lalu yang tidak sesuai denganku tidak aku patuhi. Bukan itu.
Maksudnya guru yang aku sukai itu kujadikan role model, panutan, kelak aku
ingin seperti beliau.
Kini
aku pun berada di fase bagaimana menjadi guru yang baik untuk murid-muridku. Ternyata
dunia guru tidak sesempit yang kubayangkan dulu. Menjadi mahasiswa PLP (Pengenalan
Lapangan Persekolahan) aku harus mempersiapkan ini itu. Dan meskipun
persiapannya menurutku cukup ribet ternyata hasilnya juga tidak terlalu bagus. Ya,
masih kelihatan lah kaku-kakunya. Ceritanya anak kumbang sedang belajar terbang
hehe.
Untuk
menunjang keterampilan mengajar, selain mengulang materi yang akan kuajarkan
dan membaca buku-buku tentang persiapan mengajar. Itulah kenapa aku bilang
dunia guru itu tidak sederhana. Dengan satu kalimat saja, pembahasannya bisa
satu buku. Misalnya, “9 Cara Menjadi Guru Kreatif”, “Tips Menjadi
Guru yang Menyenangkan”, dll. Artinya bahwa guru tidak hanya sedang membuat
kue sekali jadi. Tapi mereka sedang membangun dan mendidik generasi di seantero
bumi ini. Jadi prosesnya panjang dan butuh kesabaran.
Salam
hormat untuk seluruh guru di dunia.
Back
to the topic, tentang guru favorit. Di tempatku PLP aku bertemu dengan guru
yang inspiratif. Beliau adalah guru pamongku sendiri. Bersyukur sekali bisa
interaksi lebih dekat dengannya. Yang aku suka dari beliau adalah karakternya.
Kalau bicara selalu terbuka, cak-cek alias gerak sana gerak sini. Makanya aku
lihat beliau itu memang sibuk, sebentar-sebentar dipanggil rapat, dipanggil
kepala sekolah, mengurus ini itu. Pokoknya tidak pernah aku melihat beliau jagongan
duduk manis sambil ngobrol-ngobrol. Ya walaupun guru-guru lain juga jarang yang
seperti itu. Tapi ritmenya beliau ini lebih cepat dari yang lain.
Entah
apakah memang guru eksak memang seperti itu ya. Karena aku perhatikan dari guru
di sekolah, sampai dosen-dosen dengan fak keilmuan biologi, beliau-beliau itu
selalu terlihat sibuk. Dan sukanya lagi, meskipun sibuk tidak mau sedikitpun
meninggalkan tanggung jawab mengajar. Kalau waktunya masuk ya masuk. Semepet
apapun keadaannya. Dan tidak menjadikan kegiatan di luar itu menjadi alasan
untuk tidak mengajar. Dan ya satu lagi yang aku suka dari beliau, selalu
memberikan pelajaran kehidupan kepada kita. Yang aku perhatikan, teman-teman
PLP prodi lain jarang membahas hal seperti ini. Ketika awal masuk, kita diberi
pesan-pesan bagaimana harus bersikap kepada anak-anak, kemudian kamu juga
dimotivasi apakah S2 dulu atau melakukan PPG dulu.
Ada
beberapa pesan yang sempat beliau sampaikan kepadaku dan teman-teman. Karena
beberapa waktu ke depan beliau akan sibuk dengan peningkatan kinerja kepala
sekolah, PAS, dll. Jadi, beliau mohon maaf sekiranya nanti tidak bisa
ngobrol-ngobrol seperti ini lagi.
“Di mana pun kalian mengajar, openono anak
didik kalian. Apalagi kalau kalian ngajar di sekolah yang muridnya taraf
ekonomi rendah dengan bayaran yang tidak seberapa.”
“Mengajarlah dengan setulus hati. Ngajar
seng ikhlas. Jangan marah kalau murid kalian tidak pandai, tapi berdoalah
semoga salah satu dari murid tersebut ada yang mengajak kalian ke surga.”
“Bangun motivasi belajar murid-murid
kalian. Bagaimana agar mereka tergugah untuk menuntut ilmu. Itu tugas kita sebagai
guru untuk membuat mereka bersemangat.”
Aku
terharu mendengar penuturan beliau. Apalagi ditambah dengan rasa bersalah
karena suatu hal, tapi beliau tetap memberikan nasihat kepada kita. Ah, baiknya
beliau. Ketulusan hatinya sangat terasa. Dalam hati aku berdoa pada Allah, “Ya,
Allah jika kelak aku diizinkan untuk mengajak orang lain ke surga, semoga nama
beliaulah salah satu yang kusebut.” Karena bagiku, nasihat beliau bukan
sekadar nasihat. Tapi pelajaran kehidupan yang tidak ada bukunya.
Satu
hal lagi yang beliau tekankan juga adalah akhlak. Saat pertama kali mengajar,
beliau selalu mengingatkan kepada kita agar jika ada murid yang tidak sopan,
dilaporkan kepada beliau. “Anak-anak bisa pintar dengan hanya lihat google,
youtube. Tapi google tidak bisa mengajarkan mereka tentang akhlak, Mba. Itulah
kenapa sekarang masih ada guru. Yaitu untuk menanamkan akhlak.”
Di
balik kekurangan kita dalam penampilan mengajar, beliau selalu mengatakan, “Ya,
namanya juga baru belajar, Mba memang seperti itu. Nanti kalau sudah terbiasa
tidak akan kaku.”
Kalau kalian bertemu sendiri dengan beliau, pasti bakal nge-fans juga. Bukan hanya kepribadiannya yang teladan, tapi juga wawasannya luas. Caranya beliau menjelaskan favorit banget. Lugas, detail, tapi ga nyeremin. Kadang ada guyon-guyonnya. Tanpa kita tahu bagaimana kondisi hatinya yang sebenarnya.
Jadi ingat perjuangan guru-guru di sekolah.
Pernah suatu kali guruku berkata, “Semua orang pasti punya masalah, tapi bagi
seorang guru ketika dia sudah masuk pintu kelas semua masalah itu diletakkan
dulu.”
Dan memang benar, aku tidak pernah melihat ada guru yang datang ke sekolah dengan wajah kusut. Pasti wajah-wajah beliau selalu terlihat ceria dan menyejukkan.
Pakusari-Jember,
18/11/2021